Rabu, 27 Oktober 2010

Antologi 10 tahun Reformasi tragedy trisakti


13, 14, dan 15 Mei 1998. Siapa sih yang bisa melupakan deretan tanggal terjadinya peristiwa kelam tersebut. Yang merupakan salah satu lembaran sejarah hitam bangsa Indonesia. Kerusuhan besar terjadi di beberapa daerah di Indonesia, terutama di ibukota Jakarta. Dipicu oleh tewasnya 4 mahasiswa Universitas Trisakti oleh peluru aparat penegak keamanan pada demonstrasi 12 Mei 1998. Demonstrasi itu menuntut turunnya Presiden Soeharto, yang menjadi simbol orde baru, dan menuntut tegaknya demokrasi serta reformasi pemerintahan di Indonesia.
11 Tahun Reformasi, Kesejahteraan Rakyat Gagal Diwujudkan

Sebelas tahun reformasi di Indonesia, kesejahteraan rakyat belum menunjukkan perubahan berarti. Angka kemiskinan masih tetap tinggi, pengangguran tidak berhasil ditekan signifikan, krisis ekonomi masih memayungi Indonesia, dan setumpuk persoalan lainnya.

Kondisi ini tentunya menimbulkan tanda tanya apakah reformasi telah gagal? Menjawab pertanyaan tersebut Padang Today (PT) melakukan wawancara dengan mantan aktivis mahasiswa angkatan '98 di Sumbar, Erizal SS (Eri) beberapa waktu lalu, berikut petikan wawancaranya.

Komentar:Orde Reformasi dimulai …
tapi Indonesia belum terbiasa dengan kebebasan … euphoria menjadi kebebasan yang agak kebablasan …
muncul tokoh-tokoh oportunis, "penumpang gelap" reformasi …
Celakanya, orang inilah yang nantinya memimpin negeri.
Sampai saat ini, Indonesia masih belajar menjadi bangsa yang merdeka …

BJ Habibie dilantik menjadi Presiden RI

Sembilan tahun lalu, tanggal 21 Mei 1998, Presiden Suharto akhirnya menyerahkan jabatan kepada wakilnya, BJ Habibie.
Komentar:Pengunduran diri Suharto ini dilakukan setelah terjadi aksi unjuk rasa dan kerusuhan terus menerus yang menewaskan empat mahasiswa Trisakti dan memicu aksi kekerasan terhadap masyarakat etnik Cina dan penjarahan. Mundurnya mantan Presiden Suharto ini mengakhiri era Orde Baru dan kekuasaan selama 32 tahun dan menjadi titik awal reformasi politik di Indonesia.



DUA TAHAP REVOLUSI DEMOKRASI DAN PERAN OPOSISI ADHOC

Puncak revolusi mei 1998 adalah penggulingan Jenderal Besar (purn) Soeharto, didahului oleh pendudukan gedung DPR/MPR oleh mahasiswa Indonesia. Namun, revolusi mei 1998 hanyalah awal dari tahap pertama (first strage) revolusi demokrasi yang dipelopori gerakan mahasiswa. Tahap pertama revolusi demokrasi ini merupakan tahap pembongkaran kesadaran massa dan mahasiswa terhadap struktur ekonomi, politik, sosial dan budaya yang menindas atau eksploitatif. Proses pembentukkan tahap pertama revolusi demokrasi ini berlangsung sepanjang sejarah rezim Orde baru (ditandai sejumlah “puncak” perlawanan gerakan mahasiswa 1974, 1987,1989, dan 1998). Peran oposisi adhoc gerakan mahasiswa merupakan peran historis yang dipaksakan secara struktural oleh rezim Orde baru yang menjalankan satu jenis faasisme baru yaitu fasisme pembangunan (developmental fascism). Peran ini menjadi permanen sepanjang sejarah rezim Orde baru karena diberangusnya semua kekuatan oposisi formal (dalam kondisi demokrasi merupakan peran partai politik) dan ditundukkannya masuarakat sipil secara korporatis-fasistis, maupun melalui kekerasan terbuka.
Reformasi Hanya Ilusi

Tidak terasa, sudah 12 tahun perjalanan reformasi di Indonesia yang diawali dengan tumbangnya diktator militer Soeharto dari kursi kepresidenan (yang didudukinya selama 32 tahun) pada tahun 1998, sebagai akibat dari semakin meningginya aksi-aksi perlawanan jutaan rakyat di hampir seluruh daerah Indonesia. Peristiwa pada 12 Mei 1998 tersebut menambah catatan pada perjalanan sejarah perjuangan rakyat pekerja, dalam bulan Mei, melawan rezim serta sistem yang menindas dan menghisap.





masyarakat Yogyakarta dan seluruh rakyat Indonesia mendukung Gerakan Reformasi.


Pada tahun 1998, menjelang keruntuhan rezim Soeharto, sejumlah kota besar di negara ini mengalami kerusuhan yang mengakibatkan korban rakyat sipil. Ketika itu, tanggal 20 Mei pada tahun yang sama, ada gerakan rakyat yang melibatkan sejuta orang dari seluruh penjuru Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, banyak yang memperkirakan, Yogyakarta pasti akan rusuh seperti kota-kota lain. Bahkan, Solo yang hanya berjarak 60 kilometer dari Yogyakarta ternyata mengalami kerusakan sangat dahsyat akibat amuk rakyat yang tak terkendali.

Kerusuhan reformasi di Solo, Mei 98


bentrokan mahasiswa dengan aparat keamanan kali pertama terjadi di UNS Solo, 17 Maret 1998, kemudian merembet ke Ibukota dan kota-kota lain. Awalnya dipicu kematian Mozes Gatutkaca—aktivis mahasiswa Yogyakarta 8 Mei karena tindakan kekerasan aparat keamanan. Disusul Tragedi Trisakti yang menewaskan enam orang, 12 Mei. Sejak itu, unjuk rasa pun mengalami eskalasi luar biasa.

0 komentar: